Sponsors

Semangat untuk hari Esok yang lebih baik

Kita raih bersama dengan kebersamaan yang akan selalu sampai akhir.

Senyum Kebahagiaan

Mari kita biasakan untuk selalu tersenyum

Berani Tampil kedepan

Keberanian kita untuk tampil kedepan dan menjadi yang pertama merupakan modal berharga yang tidak bisa di miliki oleh setiap orang

Semangat Kebersamaan

Dengan selalu bersama baik duka maupun ceria maka semua masalah dapat kita selesaikan dengan baik.

Mari kita ajarkan anak kita sejak dini

Mengajarkan dan mengarahkan potensi dia sejak dini merupakan pemebelajran yang sangat baik

Selasa, 16 Agustus 2011

Mesjid Raya Bandung

Masjid Agung Bandung pada tahun 1875. Terkenal dengan sebutan Bale Nyungcung hingga pertengahan abad ke-20 (Sumber: masjid2000.org, KITLV).
Masjid Raya Bandung (1955)
Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat yang dulu dikenal dengan Masjid Agung Bandung, selesai dibangun kembali pada 13 Januari 2006. Pembangunan itu termasuk dengan penataan ulang Alun-alun Bandung, pembangunan dua lantai basement dan taman kota sekaligus halaman masjid yang dapat dipergunakan untuk kegiatan seni budaya serta shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
Menggagas Masjid Agung Bandung Masa Depan
Letak Masjid Agung Bandung yang berada di tengah-tengah kegiatan komersial yang amat padat, merupakan ciri utama yang dimiliki Masjid Agung Bandung. Di tengah hiruk-pikuk kawasan perbelanjaan atau `shopping`, perkantoran, perbankan, hiburan, dan segala macam bisnis lainnya termasuk tempat berjubelnya kaki lima yang merampas hampir seluruh trotoar pejalan kaki, masjid agung berada di sana.
Tanpa disadari, hari demi hari tampilan masjid semakin seperti tenggelam dalam lautan hiruk pikuk segala macam aktifitas tersebut di atas. Apalagi setelah dibangunnya pagar yang tinggi di depan/sebelah timur bangunan masjid, maka masjid agung seperti hendak menghindar dari tekanan-tekanan dari luar yang boleh jadi memang mengganggu. Faktor keamanan misalnya, memang suatu hal yang perlu diselesaikan. Tetapi inilah kenyataan itu!
Dalam tampilan dan ekspresi masjid di tengah-tengah makin padatnya aktifitas bisnis seperti itu, masjid agung memang seperti ibarat seorang sufi yang hendak mengucilkan diri karena khawatir akan dosa dan godaan-godaan dunia. Maka ia perlu membentengi dirinya, kalau perlu tidak bergaul/berhubungan dengan dunia `luar` darinya dengan benteng tinggi nan kokoh yang dimiliki.
Mari Menengok Latar Belakang Sejarah
Jika kita menengok pada sejarah Islam, boleh jadi ungkapan bahwa agama Islam adalah agama `urban` barangkali ada benarnya. Maksudnya, ia justru berkembang pesat di kota-kota meski tanpa mengesampingkan desa-desa. Terbukti hadirnya pun di `kota` Mekah dan bahkan semakin berkembang pesat di `kota` Medinah. Mengapa tidak berkembang di kampung Badui Arab misalnya, karena penyebarannya barangkali justru bisa sangat lambat yang berlawanan dengan apa yang kita lihat selama ini.
Madinah sendiri secara leksikal berarti `kota`. Intelektual Muslim Nurcholish Madjid dalam Islam, Doktrin, dan Peradaban (1992), menyebutkan Madinah berarti pula sebagai peradaban (madaniyah, tamaddun, civilization), pola di suatu tempat (hadlarah, sedentary), dan pola budaya masyarakat (tsaqofah, culture).
Dulu yang dilakukan Nabi Muhammad SAW pertama kali ketika hijrah ke Madinah adalah membangun masjid. Setelah itu membangun pasar dan pusat komersial, sebagaimana yang dijelaskan dalam sejarah bahwa pasar-pasar itu mampu menggeser pasar-pasar yang telah ada khususnya empat pasar Yahudi di Madinah. Bukankah ini juga menjadi pelajaran berharga bahwa kedua aktifitas itu (masjid dan pasar) tidak dipisah-pisahkan dan justru harus diseimbangkan.
Eleanor Sims (1995) dalam Trade and Travel: Markets and Caravanserais menyebutkan bahwa bazaar dan masjid tumbuh bersama, kedua-duanya adalah tiang dalam kehidupan kota Islam, terpisah tetapi berdampingan secara harmoni.
Begitu pula dalam preseden sejarah, bahwa masjid-masjid besar di dunia Islam seringkali muncul pasar di sekitarnya. Memang sangat alamiah, ketika banyak orang ke masjid seperti shalat Jum`at misalnya, maka terbentuklah pasar dengan sendirinya. Terdapat pula di dalam Al-Qur`an yang menyebutkan bahwa setelah ditunaikannya shalat Jum`at, maka disuruh setiap hamba itu untuk bergegas-gegas, mencari karunia-Nya.
Dari konsep itu, tentu gagasan Masjid Agung Bandung masa depan sebaiknya perlu diintegrasikan keberadaan dengan lingkungan sekitarnya. Jadi tidak memisahkan diri atau malah meninggalkan lokasinya sekarang ini (dipindahkan).Yang berarti juga bahwa masjid harus diintegrasikan keberadaannya dengan hiruk-pikuknya aktifitas komersial. Tentu bukan berarti digabung, tetapi diintegrasikan secara serasi, harmoni dan seirama. Siar-Siarnya juga harus lebih ditampakkan. Berarti pula bahwa ciri religius dalam ruang dan bentuk arsitektur serta ruang kotanya perlu lebih diekspresikan sehingga tampil menjadi sentral kawasan pusat kota khususnya dan Kota bandung pada umumnya.
Dalam perjalanan sejarah yang hampir melampaui masa dua abad, Masjid Agung Bandung pernah mengalami `zaman keemasan` yakni ketika dipimpin oleh ulama yang juga sastrawan dan filosof Hoofd Penghulu Bandung Haji Hasan Mustafa.
Masjid Agung di tahun 1930-an tersebut paling menonjol fungsinya sebagai pusat ibadah dan sosial penduduk kota. Gaung kohkol dan bedugnya masih terdengar di seantero penjuru kota. Masjid menjadi tempat merayakan Mauludan, Rajaban, Shalat Ied dan belajar mengaji. Ia juga menjadi tempat baitul mal yang menerima zakat fitrah dan mengurusi kesejahteraan umat (Kunto, 1996:13). Istilah ke `Bale Nyungcung` orang berakad nikah, juga sangat terkenal pada saat itu. Semoga masjid agung masa depan kembali menduduki fungsinya seperti itu bahkan lebih ditingkatkan lagi.
Berbagai Peran Strategis
Peran-peran di bawah ini diungkapkan sekadar sebagai awal sebuah dis-kursus, yang diharapkan bisa menjadi bahan renungan kembali dan pemikiran kembali, hingga akhirnya diambil langkah-langkah lebih lanjut sebagai upaya-upaya perbaikan dari kekurangan-kekurangan yang telah ada. Beberapa peran yang dimiliki tersebut antara lain:
Pertama, Masjid Agung Bandung sebagai Pembentuk Ruang Kota. Di sini, keberadaan Masjid agung bandung selain akan memberi penunjuk arah bagi orientasi kawasan, juga akan mampu memberi warna tersendiri bagi pembentukan ruang-ruang kota. Apalagi dalam setting masjid yang unik di tengah-tengah kawasan komersial ini.
Dengan arah orientasinya yang khas (kiblat) maka bentuk-bentuk ruang kota yang tercipta pun akan menjadi khas karena keberadaannya. Sehingga, sebagai pembentuk ruang kota, masjid ini di masa depan diharapkan bisa menjadi `sentral` dari kawasan ini. Bagi pemerintah daerah kota Bandung, usaha ini tentu menarik karena selain memberikan kekhasan dari pembentukan ruang-ruang kota, juga menjadi ciri religius sebuah kota.
Kedua, Masjid Agung Bandung sebagai symbol/Icon. Keberadaan masjid di tengah-tengah kawasan komersial ini diharapkan mampu memberikan cirri dan symbol religiusitas secara fisik. Melalui ekspresi religiusitas yang kuat, ia akan mampu memberikan legitimasi tersebut dan meningkatkan Siarnya. Memang symbol saja tidak cukup, artinya harus juga diikuti dengan esensi, aktifitas, manajemen pengelolaan, pelayanan, dan sebagainya.
Ketiga, Masjid Agung Bandung sebagai oase kawasan. Di tengah-tengah kawasan hiruk-pikuk aktifitas komersial sebagaimana telah banyak diilustrasikan di atas, masjid agung bisa menjadi oase di tengah-tengah kawasan tersebut. Oase ini bisa berarti oase psikologis, fikiran, bahkan juga oase fisik.
Di tengah-tengah situasi itu, dan melalui suara adzan yang merdu menyusup lembut di antara hiruk-pikuk itu, hamba Allah berhenti sejenak melepaskan segala kepenatan, kebisingan, persaingan, dan segala hal yang bersifat duniawi untuk bersujud di hadapan-Nya. Lalu didapatinya suatu kesegaran baru, untuk berangkat menuju aktifitas rutinnya kembali. Di sinilah terciptanya keseimbangan yang dapat dicapai dengan adanya masjid. Betapa pentingnya oase ini dan betapa diperlukannya oase itu di sini.
Keempat, Masjid Agung Bandung sebagai orientasi. Masjid agung yang dibangun sesuai dengan arah orientasi yang benar yakni ke arah Kiblat, menjadikan masjid ini bisa menjadi petunjuk arah orientasi secara fisik bagi bangunan, ruang kawasan hingga kota.
Ketika seseorang kehilangan arah orientasi di dalam kota karena terdapat banyaknya gedung-gedung tinggi dalam kawasan bisnis ini, maka masjid mampu menunjukkan dan menjelaskan melalui arah orientasinya. Hal ini disebabkan karena masjid berbeda dengan bangunan religius lainnya, masjid memiliki pedoman yang menyebabkannya harus berorientasi pada satu arah yakni Kiblat (Ka`bah).
Kelima, Masjid Agung Bandung sebagai ruh/ecclesia kawasan, kota dan seluruh penduduknya. Keberadaan masjid bisa menjadi pemberi ruh/jiwa yang menguatkan spiritualitas kawasan, kota dan masyarakat Bandung. Aktifitas yang dikelola di masjid dengan baik akan memberikan suntikan berharga bagi mereka. Patut ditingkatkan berbagai majlis ta`lim maupun kegiatan-kegiatan lainnya terutama pada saat-saat ramainya kawasan ini.
Keenam, Masjid Agung Bandung sebagai generator aktifitas ekonomi. Di sadari atau tidak keberadaan Masjid Agung Bandung memungkinkan peningkatan pertumbuhan aktifitas ekonomi karena adanya kebutuhan-kebutuhan baru. Jika masjid memiliki berbagai fasilitas yang representatif dan yang lebih penting mampu dikelola dengan baik, sehingga masjid menjadi lebih ramai dikunjungi orang, maka dengan bertambahnya jumlah manusia yang dating, otomastis akan bertambah banyak pula berbagai macam kebutuhan. Selanjutnya aktifitas jual beli juga akan meningkat atau bertambah ramai. Karena pada dasranya antara masjid dan bazaar (pasar) memang tumbuh bersama.
Ketujuh, Masjid Agung bandung sebagai media. Di masjid tidak ada perbedaan tingkat, pangkat, jabatan, keturunan, kekayaan, warna kulit, dan segala macam atribut lainnya. Semua manusia berkeddudukan sama sisi Tuhan, seperti ajaran Islam itu sendiri yang tidak pernah membedakan hal-hal tersebut kecuali perbedaan itu terletak pada ketaqwaan di antara mereka. Siapa pun yang berangkat lebih dulu maka ia berhak menempati barisan/shaf paling depan, sehingga menjadi paling mulia pada saat shalat Jumat misalnya.
Kondisi lingkungan di luar masjid yang selama ini tidak pernah atau sulit diperolehnya titik temu antara dua kutub yang berbeda, maka sangat mungkin tercapai di dalam masjid dengan karakter seperti itu. Misalnya, suatu kesempatan bisa terjadi direktur bertemu dengan para pegawainya, antara atasan dan bawahan bisa bertemu dalam suasana kebersamaan yang tidak ada perbedaan di antara mereka karena semua sama sebagai hamba Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dari pertemuan itu, akan sangat mungkin terjadinya komunikasi yang baik dengan landasan kebersamaan Iman, kemudian berbicara dari hati ke hati untuk memecahkan persoalan bersama. Komunikasi itu tidak dalam suasana batasan-batasan psikologis, atau bahkan perintah, instruksi dan struktural lainnya yang kadang kala sering menghambat komunikasi tersebut. Oleh karena itu, masjid Agung mampu menjadi media komunikasi sosial ini. Ia mampu menjadi media pemecahan masalah bersama yang terjadi di luar masjid khususnya dalam kawasan bisnis ini.
Kesemuanya peran itu menjadikan Masjid Agung Bandung jelas memiliki peran yang sangat strategis bagi kawasan pusat kota khususnya, dan seluruh Kota Bandung beserta penduduknya pada umumnya. Maka tak ada pilihan lain baginya kecuali jadikan ia landmark kawasan tersebut. Optimalkan peran-peran yang dimungkinkannya baik secara fisik maupun non fisik, sehingga mampu meningkatkan siar dan ciri religius Kota Bandung.
Beberapa Catatan pada Masjid Raya Bandung
Dari segi fungsinya sebagai sebuah bangunan ibadah, jelas menjadi sesuatu yang patut disyukuri atas diresmikannya pembangunan Masjid Agung Bandung yang baru (kini dirubah namanya menjadi Masjid Raya Bandung), seperti yang diberitakan diberbagai media baik lokal maupun nasional di negeri ini.
Dua catatan penting ini juga diharapkan menjadi sebuah studi kasus di lapangan untuk masukan UU Republik Indonesia nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung khususnya yang terkait proses penyelenggaraan bangunan gedung yang sangat penting di tempat yang sangat strategis seperti ini. Tampaknya kondisi di negeri ini dituntut adanya peraturan khusus menyangkut proses pengambilan keputusan untuk penyelenggaraan bangunan-bangunan istimewa seperti dalam kasus ini.
1.      Dari desain fisik Masjid Raya Bandung yang paling menonjol, kontroversial dan sekaligus memprihatinkan adalah diambil-alihnya alun-alun sebagai ruang terbuka masjid.
2.   Dari perencanaan dan pembangunan Masjid Raya Bandung ini adalah yang berkaitan dengan proses-proses pengambilan keputusan oleh yang berwenang khususnya pemerintah daerah.
Sumber : dari berbagai literatur

Senin, 15 Agustus 2011

Gedung Sate kebanggaan Warga Bandung

Gedung Sate, dengan ciri khasnya berupa ornamen tusuk sate pada menara sentralnya, telah lama menjadi penanda atau markah tanah Kota Bandung yang tidak saja dikenal masyarakat di Jawa Barat, namun juga seluruh Indonesia bahkan model bangunan itu dijadikan pertanda bagi beberapa bangunan dan tanda-tanda kota di Jawa Barat. Misalnya bentuk gedung bagian depan Stasiun Kereta Api Tasikmalaya. Mulai dibangun tahun 1920, gedung berwarna putih ini masih berdiri kokoh namun anggun dan kini berfungsi sebagai gedung pusat pemerintahan Jawa Barat.
Gedung Sate yang pada masa Hindia Belanda itu disebut Gouvernements Bedrijven (GB), peletakan batu pertama dilakukan oleh Johanna Catherina Coops, puteri sulung Walikota Bandung, B. Coops dan Petronella Roelofsen, mewakili Gubernur Jenderal di Batavia, J.P. Graaf van Limburg Stirum pada tanggal 27 Juli 1920, merupakan hasil perencanaan sebuah tim yang terdiri dari Ir.J.Gerber, arsitek muda kenamaan lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland, Ir. Eh. De Roo dan Ir. G. Hendriks serta pihak Gemeente van Bandoeng, diketuai Kol. Pur. VL. Slors dengan melibatkan 2000 pekerja, 150 orang diantaranya pemahat, atau ahli bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan Cina yang berasal dari Konghu atau Kanton, dibantu tukang batu, kuli aduk dan peladen yang berasal dari penduduk Kampung Sekeloa, Kampung Coblong Dago, Kampung Gandok dan Kampung Cibarengkok, yang sebelumnya mereka menggarap Gedong Sirap (Kampus ITB) dan Gedong Papak (Balai Kota Bandung).
Gedung Sate (ca.1920-28)
Selama kurun waktu 4 tahun pada bulan September 1924 berhasil diselesaikan pembangunan induk bangunan utama Gouverments Bedrijven, termasuk kantor pusat PTT (Pos, Telepon dan Telegraf dan Perpustakaan.
Arsitektur Gedung Sate merupakan hasil karya arsitek Ir. J.Gerber dan kelompoknya yang tidak terlepas dari masukan maestro arsitek Belanda Dr.Hendrik Petrus Berlage, yang bernuansakan wajah arsitektur tradisional Nusantara.
Banyak kalangan arsitek dan ahli bangunan menyatakan Gedung Sate adalah bangunan monumental yang anggun mempesona dengan gaya arsitektur unik mengarah kepada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa, (Indo Europeeschen architectuur stijl), sehingga tidak mustahil bila keanggunan Candi Borobudur ikut mewarnai Gedung Sate.
Beberapa pendapat tentang megahnya Gedung Sate diantaranya Cor Pashier dan Jan Wittenberg dua arsitek Belanda, yang mengatakan "langgam arsitektur Gedung Sate adalah gaya hasil eksperimen sang arsitek yang mengarah pada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa".
D. Ruhl dalam bukunya Bandoeng en haar Hoogvlakte 1952, "Gedung Sate adalah bangunan terindah di Indonesia". Ir. H.P.Berlage, sewaktu kunjungan ke Gedung Sate April 1923, menyatakan, "Gedung Sate adalah suatu karya arsitektur besar, yang berhasil memadukan langgam timur dan barat secara harmonis". Seperti halnya gaya arsitektur Italia di masa renaiscance terutama pada bangunan sayap barat. Sedangkan menara bertingkat di tengah bangunan mirip atap meru atau pagoda. Masih banyak lagi pendapat arsitek Indonesia yang menyatakan kemegahan Gedung Sate misalnya Slamet Wirasonjaya, dan Ir. Harnyoto Kunto.
Kuat dan utuhnya Gedung Sate hingga kini, tidak terlepas dari bahan dan teknis konstruksi yang dipakai. Dinding Gedung Sate terbuat dari kepingan batu ukuran besar (1 × 1 × 2 m) yang diambil dari kawasan perbukitan batu di Bandung timur sekitar Arcamanik dan Gunung Manglayang. Konstruksi bangunan Gedung Sate menggunakan cara konvensional yang profesional dengan memperhatikan standar teknik.
Gedung Sate berdiri diatas lahan seluas 27.990,859 m², luas bangunan 10.877,734 m² terdiri dari Basement 3.039,264 m², Lantai I 4.062,553 m², teras lantai I 212,976 m², Lantai II 3.023,796 m², teras lantai II 212.976 m², menara 121 m² dan teras menara 205,169 m².
Gerber sendiri memadukan beberapa aliran arsitektur ke dalam rancangannya. Untuk jendela, Gerber mengambil tema Moor Spanyol, sedangkan untuk bangunannya dalah Rennaisance Italia. Khusus untuk menara, Gerber memasukkan aliran Asia, yaitu gaya atap pura Bali atau pagoda di Thailand. Di puncaknya terdapat "tusuk sate" dengan 6 buah ornamen sate (versi lain menyebutkan jambu air atau melati), yang melambangkan 6 juta gulden - jumlah biaya yang digunakan untuk membangun Gedung Sate.
Fasade (tampak depan) Gedung Sate ternyata sangat diperhitungkan. Dengan mengikuti sumbu poros utara-selatan (yang juga diterapkan di Gedung Pakuan, yang menghadap Gunung Malabar di selatan), Gedung Sate justru sengaja dibangun menghadap Gunung Tangkuban Perahu di sebelah utara.
Dalam perjalanannya semula diperuntukkan bagi Departemen Lalulintas dan Pekerjaan Umum, bahkan menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda setelah Batavia dianggap sudah tidak memenuhi syarat sebagai pusat pemerintahan karena perkembangannya, sehingga digunakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum. Tanggal 3 Desember 1945 terjadi peristiwa yang memakan korban tujuh orang pemuda yang mempertahankan Gedung Sate dari serangan pasukan Gurkha. Untuk mengenang ke tujuh pemuda itu, dibuatkan tugu dari batu yang diletakkan di belakang halaman Gedung Sate. Atas perintah Menteri Pekerjaan Umum pada tanggal 3 Desember 1970 Tugu tersebut dipindahkan ke halaman depan Gedung Sate.
Gedung Sate sejak tahun 1980 dikenal dengan sebutan Kantor Gubernur karena sebagai pusat kegiatan Pemerintah Propinsi Jawa Barat, yang sebelumnya Pemerintahaan Propinsi Jawa Barat menempati Gedung Kerta Mukti di Jalan Braga Bandung.
Ruang kerja Gubernur terdapat di lantai II bersama dengan ruang kerja Wakil Gubernur, Sekretaris Daerah, Para Assisten dan Biro. Saat ini Gubernur di bantu oleh tiga Wakil Gubernur yang menangani Bidang Pemerintahan, Bidang Ekonomi dan Pembangunan, serta Bidang Kesejahteraan Rakyat, seorang Sekretaris Daerah dan Empat Asisten yaitu Asisten Ketataprajaan, Asisten Administrasi Pembangunan, Asisten Kesejahteraan Sosial dan Asisten Administrasi.
Namun tidak seluruh Asisten menempati Gedung Sate. Asisten Kesejahteraan Sosial dan Asisten Administrasi bersama staf menempati Gedung Baru. Di bagian timur dan barat terdapat dua ruang besar yang akan mengingatkan pada ruang dansa (ball room) yang sering terdapat pada bangunan masyarakat Eropa. Ruangan ini lebih sering dikenal dengan sebutan aula barat dan aula timur, sering digunakan kegiatan resmi. Di sekeliling kedua aula ini terdapat ruangan-ruangan yang ditempati beberapa Biro dengan Stafnya.
Paling atas terdapat lantai yang disebut Menara Gedung Sate, lantai ini tidak dapat dilihat dari bawah, untuk menuju ke lantai teratas menggunakan Lift atau dengan menaiki tangga kayu.
Kesempurnaan megahnya Gedung Sate dilengkapi dengan Gedung Baru yang mengambil sedikit gaya arsitektur Gedung Sate namun dengan gaya konstektual hasil karya arsitek Ir.Sudibyo yang dibangun tahun 1977 diperuntukkan bagi para Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai Lembaga Legislatif Daerah.
Gedung Sate telah menjadi salah satu tujuan obyek wisata di kota Bandung. Khusus wisatawan manca negara banyak dari mereka yang sengaja berkunjung karena memiliki keterkaitan emosi maupun history pada Gedung ini. Keterkaitan emosi dan history ini mungkin akan terasa lebih lengkap bila menaiki anak tangga satu per satu yang tersedia menuju menara Gedung Sate. Ada 6 tangga yang harus dilalui dengan masing-masing 10 anak tangga yang harus dinaiki.
Keindahan Gedung Sate dilengkapi dengan taman disekelilingnya yang terpelihara dengan baik, tidak heran bila taman ini diminati oleh masyarakat kota Bandung dan para wisatawan baik domestik maupun manca negara. Keindahan taman ini sering dijadikan lokasi kegiatan yang bernuansakan kekeluargaan, lokasi shooting video klip musik baik artis lokal maupun artis nasional, lokasi foto keluarga atau foto diri bahkan foto pasangan pengantin.
Khusus di hari minggu lingkungan halaman Gedung Sate dijadikan pilihan tempat sebagian besar masyarakat untuk bersantai, sekedar duduk-duduk menikmati udara segar kota Bandung atau berolahraga ringan.
Membandingkan Gedung Sate dengan bangunan-bangunan pusat pemerintahan (capitol building) di banyak ibukota negara sepertinya tidak berlebihan. Persamaannya semua dibangun di tengah kompleks hijau dengan menara sentral yang megah. Terlebih dari segi letak gedung sate serta lanskapnya yang relatif mirip dengan Gedung Putih di Washington, DC, Amerika Serikat. Dapat dikatakan Gedung Sate adalah "Gedung Putih"nya kota Bandung.

Minggu, 14 Agustus 2011

Mesjid Agung Cianjur paling Indah

Mesjid Agung Cianjur yang megah terletak di pusat Kota Cianjur yang dibangun pertama kali tahun 1810 M. oleh penduduk Cianjur yang tidak tercatat namanya. Dibangun di atas tanah wakaf Ny. Raden Bodedar binti Kangjeng Dalem Sabiruddin, Bupati Cianjur ke -4.
Luas Mesjid semula 400 meter. yang berkembang menjadi 2500 meter dan mengalami beberapa perbaikan sampai terakhir yang sangat besar yang ketujuh kali dari tahun 1993 sampai tahun 2000 atau kurang lebih tujuh tahun dengan biaya sekitar Rp. 10 Miliar. Design dan stylasinya memadukan gaya dan ciri khas mesjid tempo dulu dengan gaya arsitektur modern dan dapat menampung sekitar 4000 jemaah. (cianjurkab)
Terbaik di Jabar Walaupun Masjid Agung Cianjur Dibangun Tahun 1810 (harian umum pelita)
BERDIRI kokoh dan megah. Setiap saat, apalagi setiap bulan suci Ramadhan sarat dengan berbagai kegiatan keagamaan yang diikuti umat Islam dalam meningkatkan amaliyah Ramadhan. Begitulah keberadaan Masjid Agung Cianjur, Jabar, yang berada di jantung kota.
Dari atas dua menara tinggi yang dimiliki masjid ini, dapat melihat pemandangan kota, yang nyaman tenteram, seiring dengan dilaksanakannya gerakan moral Gerbang Marhamah (Gerakan Pembangunan Masyarakat Berakhlaqul Karimah), yang sudah berlangsung sekitar empat tahun lalu.
Masjid Agung Cianjur, pertama kali dibangun oleh masyarakat Cianjur tahun 1810 M (namun sayang nama-nama orang yang pertamakali membangunnya tidak tercatat-red). Semula ukurannya sangat kecil. Sekitar tahun 1820 M, pertamakali dilakukan perbaikan dan peluasan, sehingga ukurannya menjadi 20 x 20 M2 atau seluas 400 M2.
Perbaikan dan perluasan dilakukan oleh Penghulu Gede, Raden Muhammad Hoesein Bin Syekh Abdullah Rifai Penghulu Agung Pertama (I). Ibunya, NYR Mojanegara Binti Dalem Sabirudin. Beliau adalah cucu Dalem Sabirudin. Sedangkan Syekh Abdullah Rifai, ayah Muhammad Hoesein berdarah Arab dan Banten dari keturunan Bayu Suryaningrat.
Hingga sekarang Masjid Agung Cianjur, yang kepengurusan DKM (Dewan Kesejahteraan Masjid)-nya diketuai Drs HM Dudun Adullah SQ, sudah tujuh kali mengalami perbaikan. Perbaikan total yang menghabiskan biaya Rp7,5 M, pelaksanaannya mulai tanggal 2 Agustus 1993 s/d tanggal 1 Januari 1998 M, yaitu semasa Bupati Cianjur, Drs H Eddi Soekardi. Dilanjukan semasa Bupati Cianjur, Drs H Harkat Handiamihardja dan Bupati Cianjur, Ir H Wasidi Swastomo, MSi.
Masjid Agung yang berdiri di atas tanah wakaf Ny R Siti Bodedar itu, kini merupakan masjid tingkat kabupaten terbaik se-Jabar baik dalam pengelolaannya maupun kemegahannya. Tercatat pula banyak pejabat dan menteri yang pernah singgah dan sholat di masjid ini, diantaranya terakhir sebelum bulan suci Ramadhan, Menegpora (Menteri Negara Pemuda dan Olahraga) Adyaksa Dault, menjadi khatib Jum’at di masjid ini.
Letusan G Gede
Masjid Agung Cianjur pada peristiwa, meletusnya Gunung Gede tahun 1879 tak luput terkena letusan Gunung Gede, sehingga masjid ini rusak porak poranda. Bahkan pada saat itu, seorang ulama ikut gugur, yaitu RH Idris Bin RH Muhyi (ayahnya KRH Muhammad Nuh, seorang ulama besar Cianjur), yang waktu itu, bertempat tinggal di Kampung Kaum Kidul.
Tahun 1880 M, masjid ini dibangun kembali oleh RH Soelaeman, waktu itu beliau sebagai Penghulu Agung dan RH Ma’mun Bin RH Hoesein yang lebih dikenal dengan nama panggilan Juragan Guru Waas, yang dibantu oleh masyarakat Cianjur.
Masjid Agung mengalami perubahan bentuk dan dilakukan kembali perluasan bangunannya. Sehingga luasnya mencapai 1.030 M2. Tahun 1912, ketika masjid berusia 32 tahun kembali dilakukan perbaikan dan perluasan di antaranya oleh RH Moch Said Penghulu Agung Cianjur, Isa al-Cholid salah seorang guru thorekat, RH Tolhah Bin RH Ein al-Cholid dan H Akiya Bin Darham, penduduk Cianjur keturunan Kudus.
Untuk keempat kalinya tahun 195 kembali diperbaiki dan diperluas disesuaikan dengan suasana alam merdeka dengan menghabiskan biaya sebesar Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah). Biaya sebesar itu di antaranya diperoleh dari bantuan Kementerian Agama RI sebesar Rp8.000 (delapan ribu rupiah). Sisanya dari swadaya masyarakat dan kas hasil tanah wakaf.
Keberadaan Masjid Agung waktu itu, meskipun beberapa kali mengalami perbaikan sepanjang tahun 1950 hingga tahun 1974, bentuk arsitekturnya hampir tetap sama, yaitu bentuk atap segi empat. Di tengah-tengah bagian atas atapnya terdapat satu menara besar tunggal atau kubah yang dilapisi seng besi dengan cat putih. Di atas kubah terdapat lambang bulan sabit.
Dulu, Masjid Agung Cianjur terkenal dengan alunan suara adzannya yangs angat merdu di atas menara yang dikumandangkan, di antaranya oleh muadzim R Muslihat (alm) seorang pegawai bagian kemesjidan sebagai muadzim tetap Masjid Agung Cianjur, penduduk Jalan Bojongmeron, Warujajar, RH Duduh (Alm) Bagian Keuangan KUA Kabupaten Cianjur penduduk Jalan Oto Iskandardinata I Bojongherang, Buniwangi.
Sekali pun waktu itu, belum ada adzan langgam Surabaya atau Jogyakarta, apalagi Makkah di Masjid Agung Cianjur, ternyata alunan suara adzan muadzim pertama itu, sampai saat ini belum ada yang menandinginya. Bahkan sampai ada orang Banten yang ingin mendengarkan muadzim Masjid Agung Cianjur. Jika akan ke Bandung selalu menyempatkan diri ikut sholat berjamaah di Masjid Agung Cianjur seraya ingin mendengarkan suara adzan R Muslihat.
Waktu-waktu itu, yang menjadi imam di Masjid Agung di antaranya KRH. Ma’sum, KRH Alamah Abdullah Bin Nuh, KRH Abdullah, KH Sholeh all Madani, Al-ustadz RH Sabirudin, KRH Hidayat, RA Soleh. Sedangkan merbotnya, Pak Ita, Pak Owi, Pak Yusuf, Pal Husen. Dilanjutkan oleh Pak Jamhur, Pak Obe, RD Muhyidin, dan Mas Yono Sugyanto.
Masjid Agung Cianjur dalam perjalanannya yang hingga sekarang sudah tujuh kali mengalami perbaikan dan perluasan tentu saja dalam bentuk bangunan dan arsitekturnya sudah banyak berubah. Namun sarat dengan berbagai kegiatan keagamaan untuk tegaknya syiar Islam di daerah yang penduduknya mayoritas pemeluk Islam ini. (man suparman)
Masjid Agung Cianjur (radarsukabumi)
INFRASTRUKTUR Pemerintahan dan keagamaan sebagai penopang dalam kehidupan bermasyarakat sangatlah erat dan tak bisa dipisahkan. Kultur tersebut menjadikan Cianjur hingga kini dikenal sebagai kota santri.
Masjid Agung Cianjur jadi saksi bagaimana perjalanan sejarah perkembangan agama dan pemerintahan mulai 12 Juli 1677 hingga 12 Juli 2009. Jika diruntut sejarah berdirinya Masjid Agung Cianjur sebagai syiar Islam dipelopori Ny Raden Bodedar Binti Kanjeng Dalem Sabirudin, yakni Bupati Cianjur keempat dengan gelar Raden Adipati Wiratanudatar IV  (Ragent 1727-1761). Dia telah mewakafkan tanah untuk Masjid Agung Cianjur dan alun-alun depan Masjid Agung.
“Dalam imarah masjid cukup banyak aktifitas dilaksanakan, jauh dari masa kemerdekaan RI sekitar tahun 1947 di masjid ini diadakan pengajian umum rutinan, tiap hari ahad pagi, mubaligh penceramah tunggal,” kata Pengurus DKM Mesjid Agung Cianjur ustd Adi Karyadi saat wartawan koran ini menemuinya di Sekretariat DKM Masjid Agung Cianjur di Jl Siti Bodedar No 96 Cianjur beberapa waktu lalu.
Adapun kiai yang pernah mengisi ceramah sebelum masa kemerdekaan, yakni KH Syatibi Gentur Warungkondang, KHR Muhammad Nuh Kaum Kidul Cianjur, KRH Isa Al-Kholidi Gedong Asem Cianjur guru Thoreqat, KHR Marjuki Bojongherang, kakeknya KHR Abdul Halim Ketua MUI Cianjur sekarang, KH Musthofa (Mama Kandang Sapi Karangtengah) KHR Turo Sindanglaka Karangtengah.
Selanjutnya, ulama-ulama Cianjur setelah kemerdekaan, KH Mustofa Maleber Karangtengah, KHR Sudja’i Ciharashas Cilaku, KH Abdul Qodir Gentur Warungkondang, K Mualmi Z Irigasi Cibeber Ketua MUI Cianjur sebelum dan sesudah orde baru, KH Zein Abdul Somad (Mama Gelar) dan KRH Soleh A Pasarean Cianjur serta lainnya.
Sedangkan kini pengajian imaroh di Masjid Agung Cianjur, dari mulai kuliah subuh, pengajian umum hari Ahad dan Rabu mubaligh bergiliran, pengajian anak-anak tiap malam ba’da  magrib oleh tenaga khusus, pengajian khusus remaja, pengajian hari jumat sebelum dan sesudah jumat dan pengajian kitab Ihya untuk para kiaya dan umum setiap selasa pagi oleh sesepuh KHR Abdul Kodir Rozi atau Ust Koko.
“Kini melalui penyebaran agama Islam dengan metode da’wah, sehingga para alumni santri di Masjid Agung, telah menyebarkan agama Islam di mana-mana, baik di Cianjur hingga ke nusantara,” ujarnya.(**)

Fakta Tentang Arab Saudi

    1.      Rejim Saudi, seperti juga sebagian besar negara-negara Arab lainnya, adalah pemerintahan yang menyatukan antara yang benar (haqq) dan salah (batil). Aspek Haqq Saudi hanya bisa kita lihat dari simbol-simbol yang mereka pakai; bendera Saudi, klaim negara Islam, dan penerapan Syariah. Namun, di balik itu sebenarnya Saudi juga tak berbeda dengan negara sekuler lainnya.
     2.      Beberapa tahun sebelumnya, Saudi menggandeng Inggris untuk sama-sama memberantas gerakan Ikhwan di negaranya itu. Seorang anggota kerajaan pernah mengungkapkan hal ini. Sekarang, bukan rahasia lagi kalau Saudi akrab dengan AS. AS sudah dijadikan sebagai pelindung Saudi.
3.  Komite Tetap Saudi (al-Lajnah ad-Da’imah) mengeluarkan fatwa: “Siapapun yang tidak membedakan antara Yahudi dan Kristen dan orang kafir lainnya dengan bangsa Muslim kecuali karena kebangsaannya, dan menganggap semua penguasa sama, maka dia adalah kafir.” Sebuah fatwa yang sesungguhnya membuat banyak orang berkerut dahi, namun efektif dalam meredam masyarakat Saudi. Karena, bukankah pemerintah Saudi sendiri persis seperti itu?
4.   Perempuan Saudi tidak boleh menikah dengan laki-laki yang bukan dari Saudi. Dan seorang laki-laki Saudi tidak boleh menikah di luar Saudi kecuali sudah memenuhi persyaratan umur. Sebuah peraturan yang dibuat-buat karena Islam sendiri tidak cupat seperti ini.
5.    Ribuan orang terbantai di negara-negara Muslim di wilayah Arab, tapi apa yang dilakukan oleh pemerintah dan rejim Saudi? Tidak ada. Rejim Saudi hanya menyuruh para Syeikh-nya untuk berdoa untuk umat Islam, dan masyarakatnya dianjurkan untuk mengumpulkan dana bantuan yang disebarkan ke seluruh dunia, utamanya untuk pembangunan masjid. Maka jangan heran, jika di sebuah pelosok terpencil di Indonesia misalnya, bisa ada sebuah masjid besar yang megah dengan tulisan di peresmiannya: “Sumbangan dari (kerajaan) Saudi…”
6.  Saudi membangun hubungan diplomatik dan non-diplomatik dengan negara-negara yang jelas telah membantai umat Islam dalam jumlah yang luar biasa banyak. Dalam hal ini yang mempunyai hubungan harmonis dengan Saudi adalah India, Russia, Filipina, Amerika (tentu saja!), Cina, dan Israel.
7.   Amerika mempunyai basis militer di Saudi, dan pemerintah Saudi melarang rakyatnya yang mendoakan keburukan untuk Amerika di masjid-masjid di negara itu.
8.    Rejim Saudi juga membantu dan mendirikan saluran-saluran TV yang banyak sekali saat ini. Selain TV, mereka juga membantu pendanaan media-media internasional.
9.  Keluarga kerajaan Saudi tidak boleh dihina oleh siapapun. Jika ada yang melakukannya, maka akan dikenakan hukuman yang berat, bahkan dihukum mati. Tapi pemerintah Saudi tidak peduli kepada para pelaku yang menghina Allah dan agamaNya. Misalnya saja, seorang Saudi zindiq, Turki al-Hamd menulis sebuah buku berjudul “al-Karadeeb” dan di dalamnya terdapat kalimat “Jadi, Allah dan setan adalah dua wajah dengan satu penemuan”, tidak dikenakan hukuman apapun, dan bukunya yang penuh dengan cerita kekafiran beredar bebas di negara itu.

10 Kapal Selam Paling Mematikan di Dunia

Dalam dunia persaingan militer dunia, salah satu yang paling dititikberatkan adalah kendaraan dan senjata air, itu tak lain karena hampir dua per tiga wilayah di bumi kita adalah air. Masing-masing negara berlomba-lomba untuk dapat menciptakan kendaraan air terbaik agar jika kelak terjadi perang besar, mereka tak akan mudah tersingkir.
Salah satu kendaraan perang air yang paling banyak diproduksi oleh militer adalah Kapal selam, karena selain sebagai kendaraan, kapal selam juga kerap kali digunakan sebagai senjata tempur yang mematikan.
Berikut adalah daftar 10 Kapal selam paling mematikan di dunia yang dirilis berdasarkan kecanggihan senjata tempur disertai dengan kecepatan jelajahnya:

1.      Los Angeles Class – USA
Kecepatan mencapai 20 knot dengan spesifikasi senjata tempur 4 bow tubes10Mk48 ADCAP torpedo reloadsTomahawk land attack missile block 3 SLCM, Harpoon anti–surface ship missile, Mine laying Mk67, Mobile Mk60 captor mines.

2.      Rubis Class – France
Kecepatan mencapai 25 knot dengan spesifikasi senjata tempur 4 Anti-submarine tubesF17 mod2 torpedoes14 Exocet SM39OR, Mines in place of torpedoes.

3.      Victor III Class – Soviet Union
Kecepatan mencapai 32 knot dengan spesifikasi senjata tempur 2 x SS-N-15 ‘Starfish’ anti-submarine missiles, plus 2 x SS-N-21 ‘Sampson’ cruise missiles or 2 x SS-N-16 ‘Stalion’ missiles2 x 650-mm and 6 x 533-mm bow tubes (two 533-mm tubes with 406-mm liners). 6 x 650-mm torpedoes an up to 18 x 533-mmOR, 36 ground mines in place of torpedoes.

4.      Sierra Class – Soviet Union
Kecepatan mencapai 10 knot dengan spesifikasi senjata tempur SS-N-15 Starfish or SS-N-16 Stallion anti- submarine missiles; SS-N-21 Samson cruise missiles4 x 650-mm and 4 x 533-mm torpedo tubesOR, 42 mines in place of torpedoes.

5.      Trafalgar Class – UK
Kecepatanya mencapai 30 knot dengan spesifikasi senjata tempur 5 x 21 inch torpedo tubesTomahawk land-attack cruise missilesSpearfish wire-guided heavyweight torpedoes. Harpoon anti surface missiles.

6.      Type 093 Shang Class – China
Kecepatanya mencapai 35 knot dengan spesifikasi senjata tempur YJ-82 anti-ship missiles6 x 533-mm torpedo tubes

7.      Astute Class – UK
Kecepatanya mencapai 29 knot dengan spesifikasi senjata tempur Tomahawk cruise missiles; Harpoon anti-ship missiles in place of torpedoes6 x 533-mm bow tubes for 36 Spearfish torpedoesOR. Mines in place of torpedoes.

8.      Seawolf Class – USA
Kecepatan mencapai 18 knot dengan spesifikasi senjata tempur 8 x 660-mm torpedo tubes for 50 torpedoes or cruise missiles OR Up to 100 mines in place of torpedoes or missiles.

9.      Akula II Class – Soviet Union
Kecepatan mencapai 12 knot dengan spesifikasi senjata tempur 4 x 650 mm and 4 x 533-mm torpedo tubes for up to 40 torpedoes or missiles OR Up to 42 mines in place of torpedoes.

10.  Virginia Class – USA
Kecepatanya mencapai 25 knot dengan spesifikasi senjata tempur 12 x vertical launch system tubes for UGM-109 Tomahawk missiles4 x 533-mm bow tubes for Mk.48 torpedoes, Smart mines in place of torpedoes. 


Pelawak - Pelawak Indonesia Yang Berpenampilan Palsu

1. Aziz Gagap
Banyak yang mengira kalau Aziz memang benar-benar gagap, namun ia gagap hanya saat melawak saja. Ide gagap yang didapatkan bermula saat ia mendapatkan peran gagap dan ia pun langsung menguasainya hanya dalam 5 menit saja.

2. Jojon
Mendengar nama Jojon mungkin sudah tidak asing lagi di telinga Anda. Penampilannya yang sangat khas, yakni dengan memakai celana yang sangat tinggi sampai melebihi pusar membuat daya tarik tersendiri untuknya. Ditambah dengan kumis kecil persegi panjang yang menempel di bawah hidungnya. Tahukah Anda kalau Jojon hanya menggunakan kumis palsu dalam setiap penampilannya.

3. Nycta Gina (Jeng Kellin)
Penampilan Jeng Kellin yang seperti anak kecil tidak seperti kehidupan aslinya. Dalam kehidupannya, Nycta Gina adalah wanita yang pintar. Terbukti walaupun telah sukses dengan perannya sebagai Jeng Kellin, Nycta Gina sangat berambisi untuk menjadi dokter.

4. H. Bolot
Karena tingkahnya seperti orang tuli, pelawak ini sering disapa bolot dan digunakan sebagai namanya sebgai pelawak. Tingkahnya yang "bolot" tidak berlaku bila ia sedang berkomunikasi dengan wanita cantik.

5. Komeng
Candaan yang spontan dan tidak pernah tertawa saat melawak merupakan ciri khas tersendiri pelawak bernama asli Alfiansyah ini. Suara yang agak bindeng sebenarnya hanya digunakan saat melawak saja. Meskipun terlihat tidak pernah serius, Komeng akan terlihat serius bila diwawancarai atau bila sedang ada di rumah.

6. Parto
Pelawak bernama asli Edi Supono ini sering disamakan dengan Ariel peterpan. Karier Parto bersama group lawaknya Patrio sudah cukup lama di dunia hiburan sehingga membuat namanya banyak dikenal. Meski sudah tidak tampil lagi bersama group lawaknya, Parto masih eksis di dunia komedi. Cara bicara Parto yang meniru logat orang Tegal membuatnya dipercaya untuk ditunjuk sebagai dalang di acara Opera Van Java TRANS7. Tahukah Anda bahwa Parto tidak bnar-benar menggunakan logat Tegal dalam kesehariannya. Parto juga bukan pelawak asal Tegal.


Sabtu, 13 Agustus 2011

Mencintai Tanpa Syarat

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. mereka menikah sudah lebih 32 tahun Mereka dikarunia 4 orang anak di sinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ketiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apaapa saja yang dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak-anak mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yang masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yang merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yang sulung berkata “Pak kami ingin sekali merawat ibu , semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak.........bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu” .
Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya” sudah yang keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.
Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anak mereka. “Anak-anakku ......... Jikalau perkawinan dan hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah......tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian…sejenak kerongkongannya tersekat,... kalian yang selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini.
Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.”
Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno. Merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno.. dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu.
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa. disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yang hadir di studio. kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru disitulah pak Suyatno bercerita;
“Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian ) adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yang lucu-lucu.
Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama…dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya, sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit”

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More